Breaking News

Minggu, 01 Mei 2016

Mengenang Sahabat

Meski basi rasanya, menulis sesuatu yang semua orang mungkin sudah tau. Tapi, demi melengkapi catatan pribados tentang orang-orang di sekelilingku, maka ijinkanlah aku menulis sedikit tentang dia, tentang seorang kawan yang hari ini mendadak berlalu mendahuluiku menghadap Ilahi, seseorang yang meskipun sangat jarang aku temui, tapi beberapa potong katanya terus aku ingat hingga sekarang.
Yadi Purwanto, aku kenal dia ketika SMA, hanya 2.5 tahun satu kelas. Tentunya sangat sedikit potongan cerita dan kenangan yang bisa disajikan jika dibandingkan dengan cerita sahabat-sahabat lain, yang sudah dan tetap bersama beliau bertahun-tahun kemudian, hingga akhir hayatnya, tadi sore, Minggu, 1 Mei 2016, jam 17.00 di R.S. Dustira, Cimahi. 
Jadi, mari dimulai cerita unik tentang Yadi, hanya berdasarkan ingatanku saja, maka maafkan jika ada yang terlewat, salah, keliru dan sebagainya. Semua cerita ini aku tulis demi mengenang sisi baik beliau. 
Pertama... Yadi adalah anak SMA yang anti mainstream. Aku kenal Yadi pertama kali ketika masuk B8, bersama dengan segudang teman-teman unik lainnya. Yadi menjadi unik karena, menurut aku waktu itu, berhasil mengubah mainstream yang umum ada di anak SMA kala itu. Tiba-tiba kelas kami berubah menjadi kelas yang doyan mengaji, doyan diskusi agama, menggebu-gebu jika bicara tentang Islam, dan sebagainya.  Satu hal yang menurut aku waktu itu agak mustahil adalah ketika Yadi, yang pada waktu itu, bertampang biasa-biasa saja dan memang biasa-biasa saja, dengan lantangnya berkata akan mencalonkan diri menjadi ketua OSIS. What?? Ketua OSIS? di sebuah SMA yang konon sangat favorit di kota Bandung pulak..!! Bukannya yang nyalon ketua OSIS itu biasanya punya prestasi berderet, kereen, ganteng, pokoknya penampilannya bikin ngiler orang-orang lah. Yadi sangat biasa, jauh dari simpatik, sering berkata yang agak keras  sehingga buat orang yang tidak biasa, terasa agak annoying. Keras dalam artian mengomentari hal-hal yang berbau agama, seperti ketika mengomentari temen yang menggunakan rok mini, mengomentari hobi temen-temen yang menurut persepsi beliau "kurang islami", daa kumaha atuuuh.. kita kan masih muda belia...!! So ketika Yadi menyatakan akan mencalonkan diri menjadi ketua OSIS, aku kaget bukan kepalang.. Tapi, ya karena saat itu kelas kami sangat amat super solid, jadi kami sepakat mendukung.  Satu hal yang waktu itu aku sama sekali tidak tau bahwa, Yadi  mengajariku tentang "mesin politik" kecil-kecilan, yaitu bagaimana membuat dia menjadi "terkenal" dan 'populer" meskipun anti-mainstream.  Karena ketua OSIS dipilih langsung oleh para siswa, tentunya itu merupakan hal yang sulit. Yadi bilang, "kita bisa melakukan itu, asal konsisten berjuang" dengan waktu sekitar 3 bulan. Maka mulailah kami kampanye kecil-kecilan. Aku juga sudah lupa seperti apa persisnya kampanye tersebut, yang jelas aku ikut-ikutan mengajak teman-teman memilih Yadi, dengan iming-iming... pilih lah Yadi, karena Yadi beda, karena Yadi biasa-biasa aja, karena Yadi sederhana, karena punya komitmen tinggi terhadap teman-teman yang berjilbab (waktu itu Jilbab masih dilarang di sekolah negeri).  Ajaib.. aku juga tidak menyangka, ternyata Yadi terpilih...!!
Setelah terpilih, mulailah Yadi menjalankan program-programnya yang pada waktu itu terasa agak ajib-ajib, misalnya.. mengubah festival vocal group, mengusung berbagai perayaan hari besar agama cukup heboh, seperti perayaan 1 Muharam yang lengkap dengan panggung dan hiburan Qasidahan. Mengadakan malam amal ketika tahun baruan, menggantikan malam nongkrong yang biasa dilakukan oleh teman-teman. Malam tahun baru, kami mengumpulkan sumbangan dan Yadi serta rekan-rekan mendistribusikannya ke berbagai panti asuhan.  Kemudian ada lomba debating, yang waktu itu belum terlalu populer.  Pada masa Yadi sebagai ketua OSIS, kegiatan pengajian berkembang subur, hampir setiap kelas memiliki agenda pengajian mingguan, beberapa kelompok pengajian kecil juga terbentuk, misalnya aku dan teman-teman yang membentuk kelompok mengaji dengan anggota sekitar 5-6 orang. Sesekali Yadi menyempatkan mengisi pengajian kami, baik memberikan ceramah maupun mengajari kami mengaji secara langsung. Yadi mampu membaca Al-Quran dengan faseh, juga dapat memberikan ceramah lengkap dengan ayat dan argumen pendukung, pokoknya nggak kalah dengan penceramah di Masjid. Inget waktu itu belum musim lomba-lomba Da'i seperti sekarang ya.. Jadi yang dilakukan Yadi sungguh-sungguh anti mainstream. 
Selaku ketua OSIS, Yadi sangat sibuk. Bukan hanya menjalankan program-program di sekolah, tapi juga sibuk berinteraksi dengan sesama organisasi OSIS dari sekolah lain, dengan menyempatkan diri menghadiri berbagai pertemuan.  Sekali waktu, aku sempat duduk sebangku dengan Yadi (karena aku suka ngacak duduk sesuka hati).  Aku ingat, waktu itu Yadi baru kembali dari sejenis Jambore atau pertemuan antar ketua OSIS. Oh ya.. Yadi sangat aktif berorganisasi, termasuk Pramuka.  Yadi duduk dan bercerita betapa sibuknya pertemuan itu, tiba-tiba Yadi bercerita...
"Eeeh kemaren itu ada akhwat yang bilangnya suka sekali dengan saya.."
"aaah masaa? trus.. gimana? kamu terima"
"Yaa nggak gampang gitu laah?"
"Kenapa? apa dia kurang cantik?"
"Bukaaan.. bukan soal cantik nggak cantik.. saya itu kalo cari istri, cari yang siap ditinggal-tinggal, cari yang siap sendirian kalo misalnya saya suatu saat dipenjara... kan saya bakal jadi pejuang..!!"
Whatt??? waktu itu yang ada di kepalaku "Diih, lebay banget.. kaya yang kegantengan ajaah!!" 
Tapi dengan santunnya aku mengangguk-angguk, sambil mikir dalam hati.. deuuh.. emang yakin gitu bakal jadi pejuang? Tamat SMA aja belum..!!

 Yadi, kedua dari kiri, tampak di belakang Yadi, berkacamata, Dhencee (M.Jumhur Hidayat), sebelah kanan Yadi ada Andi Ardent Sebayang (sweater abu-abu). Sepertinya foto ini diambil ketika kelas 2, entah lagi dimana. (foto dari album FB Rizal Zack)



Yadi duduk pada barisan kedua, keempat dari kanan, dirangkul oleh Fery Faizal. Sebelah kiri Yadi ada Lucky (Lukman Rizal), di belakang Yadi ada Elga. 

Lantas, setelah itu, di hampir setiap kegiatan kelas kami selalu ada Yadi, atau minimal fatwa atau pendapat dari Yadi, misalnya, apa acara kita liburan minggu ini, dimana pengajian berikutnya, apa temanya, siapa yang akan kita undang, dan sebagainya. Satu tahun Yadi menjadi ketua OSIS, banyak sekali perubahan yang berhasil dilakukan. Yadi mengajari satu hal kepadaku, bahwa, untuk melakukan perubahan, kita perlu akses kekuasaan. Tanpa kekuasaan, sulit untuk menjalankan perubahan.  Yadi mengajari satu hal, bahwa motivasi untuk meraih kekuasaan bukan melulu nafsu ingin berkuasa dan populer, tapi mungkin juga berarti keinginan untuk merubah. 
Sekali waktu Yadi agak nyinyir ngomentari kelakuanku dengan teman-teman, yang doyan ikut sanlat (pesantren kilat sana sini) tapi kelakuan nggak ngaruh juga.., 
Fal, bukan ikut pengajian sana sini yang penting.. itu perlu juga sii buat nambah wawasan, tapi yang penting adalah niat yang keras untuk berubah..
Kalo belum jelas niatnya, meskipun kamu menghabiskan berminggu-minggu ikut berbagai pesantren kilat, belum tentu bulat tekad niatmu..
(dikala galau, apakah aku pengen berjilbab atau nggak..!).
Naik kelas tiga, aku jarang ngobrol dengan Yadi, hal itu karena Yadi ini manusia yang sibuknya luar biasa, demikian juga aku, yang juga suka sok sibuk luar biasa.  Detik-detik menjelang kuliah, aku sempat ngobrol panjang lebar. Kita ngobrol soal jurusan yang akan dipilih nanti. Banyak teman-teman memilih jurusan yang bisa dibilang "keren" seperti elektro, teknik mesin, teknik kimia, teknik industri..
Yadi pilih apa nanti?
Psikologi, fal..
Whattt?? knapa? kok nggak elektro, teknik mesin, teknik kimia, dlsb..
Hmm.. saya punya tujuan milih psikologi itu..
Apa tujuannya? itu jurusan kan banyak cewenya...(deuuh ne-think).
Fal, kamu tau nggak, bahwa dalam ilmu psikologi itu, banyak sekali teori atau opini yang kontroversial kalo dipandang dari kacamata Islam.
Jiaah, ane masih SMA  Yadi... belum sanggup makan buku psikologi itu, apalagi mikir tentang teori atau opini atau aliran psikologi..
Kamu tau fal, itu Sigmund Freud, bapak Psikologi, banyak pandangannya yang dianut oleh para ahli psikologi yang sebenernya kalo kita tinjau dari sudut keagamaan kurang tepat, misalnya soal mimpi, firasat, takdir, dan sebagainya.. 
Yaaah.. nggak nyambung Oom, ane boro-boro ngarti Sigmund Freud, baca biologi aja blum tamat... 
Tapi dalam hati aku salut sama Yadi, salut akan satu paket konsistensi pemikiran dan tindakannya. Tekadnya sungguh-sungguh...
Ternyata.. Yadi berhasil masuk jurusan yang dia inginkan. Dia bilang.. saya ingin "menerapkan psikologi yang islami". 
Kata terakhir yang aku ingat dari Yadi, adalah ketika ketemu di parkiran Masjid Salman, ketika aku sudah kuliah.  Yadi bertanya.. bagaimana kabarku di kampus baru.. apakah sibuk seperti biasa.. Aku cuma ketawa aja.. hahaha.. taulah sendiri..
Yadi berpesan... 
Fal.. kalo nanti kamu mencari pasangan atau jodoh, carilah orang yang benar, bukan hanya baik.. tapi juga benar.. ingat ya..!! Kamu tau bedanya baik dan benar? 
Iyaaa laaah.. meskipun ucapan yang sederhana.. tapi kata-kata itu terus ada di kepalaku hingga saat ini, bagaimana mengidentifikasi perbedaan baik dan benar. Mungkin banyak orang baik, tapi belum tentu benar... 
Setelah itu, aku tidak pernah bertemu Yadi lagi, bertahun-tahun berlalu. Banyak kabar yang aku dengar, salah satunya, konon Yadi pernah berwacana akan mendirikan Televisi Islami di Solo, konon Yadi telah menjadi dosen Psikologi bahkan Dekan di Universitas Muhammadiyah Solo.  Aku, sebagai seorang teman, bangga mendengar keberhasilannya, meskipun belum pernah bertemu lagi. Sesekali teman mengabari bahwa mereka sempat bertemu Yadi, bahkan mengunjungi rumah orangtua Yadi di daerah Cidurian Bandung, Yadi tetap ramah seperti biasa, dan selalu mengucap kata-kata bijak di setiap tutur sapanya.  
Terakhir, ketika aku membuat tulisan untuk mengenang salah seorang sahabatku yang juga sudah tiada, Yadi sempat berkomentar .."Ditunggu surat besar nya ya...", komen yang simple tapi sarat makna..

Setelah itu, aku belum pernah punya kesempatan bersilaturahim lagi dengan Yadi, sesekali kami bergurau lewat grup W.A., meskipun sibuk dan sangat serius dalam berdakwah, Yadi sering melempar canda melalui group WA, sama seringnya dengan melempar kata-kata nasihat, tausiyah, debat, dan bermacam-macam topik yang sering membuat group WA gegar gempita. 
Lantas tiba-tiba, tanpa peringatan apapun, terbaca berita bahwa Yadi masuk rumah sakit, koma, dirawat dan akan dioperasi karena Stroke.  Aku kaget, dan ketar-ketir.. kaget karena aku nggak pernah denger sebelumnya cerita tentang Yadi yang sakit, ketar-ketir karena menurut berita yang aku baca, stroke yang dialami Yadi sangat berat.  Hampir seminggu Yadi di rumah sakit, sore ini aku mendengar berita beliau berpulang.. Haduuh.. rasanya seperti menghela nafas berat. Yadi, pergi selang beberapa minggu dari kepergian salah seorang sahabatku juga, Yogi. Berkurang satu lagi manusia baik di muka bumi ini, berkurang satu lagi pejuang yang konsisten dan komit di muka bumi ini.  Ya Allah, semoga Engkau limpahkan almarhum Yadi dengan maghfiroh dan barokahmu, dilapangkan kuburnya, diterangkan alam bakanya dan diterima amal Islamnya. Semoga dengan perginya Yadi, akan hadir beribu-ribu generasi baru yang bersemangat membela agama Mu dengan kekuatan yang berlipat-lipat dari Yadi, dan dengan kebijakan dan ketajaman pikiran seperti Yadi. Semoga semua ilmu yang sudah beliau ajarkan kepada para mahasiswanya, semua kebajikan yang sudah ditebarkan.. dapat mengangkat beliau menjadi hamba yang mulia di sisimu ya Allah.. ..Amiin.. 
Aku tutup catatan ini dengan berucap. selamat jalan sahabat.. apa yang pernah engkau ucapkan, apa yang pernah engkau ajarkan, akan terus terucap dan tersebar hingga nanti...