Jangan percaya sama apa-apa yang aku tulis disini. Isinya campuran antara fakta, fiksi dan fitnah.. he..he..he.. Just for fun.. and just between me and my friends
Siang itu ku tergeletak Di ruang tengah rumah petak Memandang dinding yang retak Ditutup poster penyanyi botak Di luar pedagang berteriak Menjajakan kripik dan opak Yang konon, digoreng dengan minyak lekak Dan selalu ramai dirubung emak dan anak Ku berkipas mengusir gerah Juga berusaha mengalihkan gelisah Mengingat abang tak kunjung pulang ke rumah Apakah mencari rupiah atau nyangkut di Romlah Ooh Romlah janda kembang kampung seberang Jika abang di rumahmu ingatkan dia untuk pulang Jika abang tak bersamamu dimanakah dia sekarang Segera pulang abang tersayang Ramaikan rumah petak ini lagi Ramaikan petak hati ini lagi Ramaikan hati sepi ini lagi.. Dan Jangan lupa bantu aku lunasi hutang Pada pak Bambang pemilik kosan Pada mas Warsan penjual sayuran Serta Pada hati yang sepi selama abang bepergian
Nggak biasa nulis puisi pendek, tematis dan limited. Tapi berhubung tugas.. ya dicoba-coba aja laah..
Ini tugas puisi pendek. Biar rada-rada mendukung "atmosfer"nya, ditambahin gambar boleh kah? Gambar dapet nyomot sajaah..
Benci
Konon benci mencemari cinta
Seperti susu tercemar nila
Konon benci merusak cinta
Seperti ladang terkena hama
Konon benci merusak asa
Membuat upaya terasa sia-sia
Lantas...
Mengapa hidup bertabur benci
Memompa amarah melalui setiap nadi
Menutup sesak jalur nafas
Sehingga tak sanggup lagi
Menghirup aroma cinta
yang, sesungguhnya, bertabur gratis di udara
(19 Februari 2017)
Hujan
Pernah kurasa tajamnya terpaan butir air hujan
Deras mengiris pada kulit wajah dan kelopak mata
Pernah kurasa ramahnya sapaan gerimis
Renyah menyapa telapak tangan dan helai alis
Pernah kurasa lembutnya sentuhan embun
Merasuk menembus pori-pori kulit dan rongga nafasku
Hujan, gerimis dan embun
Dapat menyapaku kapan saja setiap hari
Dapat menyentuh jiwa dan ragaku dimana saja setiap terjadi
Mereka hadir mendorong, menyambut dan membelai
Langkah-langkahku berkelana
Menjalani titian takdir kehidupan
Ini puisi yang jadul juga, diinspirasi dari lagu Rhoma Irama, Darah Muda... tapi suweeerrrr nggak plagiat gitu juga laaah... makanya.. baca dulu sebelum memvonis ane plagiat plek blek clek...
Darah muda,
darah yang mengalir pada si pemuda
darah yang berdegup kencang setiap kali bertemu si pemuda
darah yang membuat merasa muda
darah yang membuat merasa sesaat bahagia
darah menyatu pada tutur katanya
darah menebar pada pesona senyumnya
darah menggumpal hangat pada genggaman tangannya
darah yang ingin sekali ku rangkul erat
darah yang ingin sekali aku simpan rapat
namun darah muda akan terus mengalir
berlalu bersama waktu
tak bisa dimiliki dan memiliki
tak bisa disentuh dan menyentuh
darah akan terus mengalir
memasuki setiap celah pembuluh waktu
meresap menghilang di penghujung batas
batas ingatan manusia
batas kemampuan manusia
batas keberdayaan manusia
Puisi kedua ini, dibuat juga diinspirasi dari judul novel "Ketika Mas Gagah Pergi", so.. punten lagi.. agak2 nyontek gimanaaa gitchuuu..
-------------------------------------------------------------------------------
Ketika Mas Budiman Pulang
Melangkah lesu melewati sisi jembatan
Diterpa panas cuaca dasa akhir Ramadhan
Hembusan angin membuat daun berterbangan
Seperti bungkus plastik di jalan, tertiup angin, langkah menjadi ringan
Sepertinya setiap sudut jalan mengingatkan
Akan tuturkata dan gelak tawa pemuda budiman
Yang sekarang sedang menempuh perjalanan
Entah kembali ke asal tujuan atau berusaha mencari jawaban
Ada rasa rindu terbang ke gumpalan awan
Bersama dengan bersitan harapan
Semoga Mas Budiman
Tetap terjaga dalam bingkai mutiara kemurnian
Dan segera kembali mengejar tujuan masa depan
Mas budiman....
Hati-hati di jalan
Jangan berlama-lama mengejar kepalsuan impian
Segera kembali ke kenyataan
Dan temukan dirimu dalam jalan yang lebih baik dari sekarang
Puisi ini, lagi-lagi dan lagi.. nyontek judul lagu, atau inspired by judul lagu.. More than words oleh Extreme... tapi suweeer... kata-katanya ane nggak nyontek lhooo...
Ketika kata-kata tak cukup mewakili rasa
Maka diam terkadang lebih dari segala
Ketika kata-kata tak dapat lagi dipercaya
Maka tatap mata terkadang lebih bermakna
Ketika kata-kata hanya terucap hambar tak berupa
Maka gerak raga terkadang lebih terasa
Kata tak cukup mengucap rindu yang terasa
Menekan dada dan mendesak pada setiap detak jiwa
Kata tak cukup mengucap kasih di setiap masa
Karena tak pernah kasih cukup diurai dalam kata
Bukan sentuhan yang dapat menentramkan sukma
Jika kata tak pernah dapat diyakini maknanya
Ketika kata-kata tak pernah cukup berasa
Maka biarlah rindu menebar melebihi kata-kata
dan biarlah kasih berakar melebihi dari yang terasa
karena tak pernah tahu dimana batasan jiwa
menahan rindu menanam kasih yang merasuk hingga sumsum belulang raga
Ketika kata-kata tak pernah cukup berasa
Maka biarlah kasih merebak di setiap tarikan udara
dan biarlah rindu menebar harum aura
menyebar membalut setiap gerak raga
menjadi penghangat dan penggerak jiwa
Jangan mudah percaya kata-kata
tapi percayalah, bahwa kasih itu memang ada
dan bahwa rindu itu terukir jauh dalam relung rasa
(17 Juli 2015, kebeneran nyatet tanggal bikinnya)
-------------------------------------------------------------------------------
Buat yang nyangka ane nyontek More than words -nya extreme, nii dengerin lagunye.. jauuh boo...
Jika Rindu... (belajar meyakini rindu melebihi kata-kata)
Jika rindu itu bintang
Maka dapatlah ia kupandang sepuas-puasnya di langit malam hari
Jika rindu itu angin
Maka dapatlah ia kurasakan menghembus-hembus menyentuh kulit wajah dan menyibak rambut
Jika rindu itu bunga
Maka dapatlah ia kupetik dan kuhirup wanginya sepuas-puasnya
Jika rindu itu malam
Maka dapatlah ia menjadi penyejukku untuk istirahat dan berasa tentram
Jika rindu itu pagi hari
Maka dapatlah ia menjadi penyegar dan penyemangatku ketika memulai hari
Namun...
Sepertinya...
Rindu tidaklah mudah dianalogikan
Tidak seperti bintang yang mudah dipandang
Tidak seperti angin yang mudah dirasakan
Tidak seperti malam yang selalu menjelang
Tidak juga seperti pagi yang selalu datang
Rindu itu seperti udara
Menyesakkan dada ketika tak mendapatkannya
Menyusup dalam setiap pembuluh darah tanpa terasa
Terasa dibutuhkan namun tak terasa kehadirannya
Terasa menggembirakan namun tak berasa warna dan rupanya
Rindu seperti udara
Yang melingkup dan membungkus hati dan raga
Mengikut pada setiap jejak langkah
Membayang pada setiap tarikan nafas
Duhai rindu yang menghantui sepanjang langkah
Lelah ditahan sebagai beban dalam dada
Tak jua dapat dilepas dan dihembus agar hilang di angkasa
Derita yang terasa mengiris nadi semangat rasa
Sering rindu harus berakhir kecewa
Ketika tiada penawar yang dapat dijumpa
Ingin rasanya ditebar pada angin yang membelai wajah
Agar dapat berkurang rasa sesak di dada...
Duhai rindu
kembalilah padaku segera
agar dapat kudengar kembali suaramu
agar dapat kulihat kembali renyah suara tawamu
agar dapat kupandang kembali ceria wajahmu
(28 Juli 2015, lagi-lagi pas dicatet tanggal bikinnya)