Siang itu di teras Sarinah
Kau datang bersimbah peluh resah
Menggenggam segelas plastik kopi #Janjijiwa
Maaf aku terlambat datang, begitu kau berkisah
Tapi ku tetap bawakan janjiku, segelas #janjijiwa
Juga sejumput rasa
Pada kemasan berisi roti lapis cinta
Agar dapat menemanimu pada perjalanan harapan
Aku melirik resah
Pada tulisan di dinding mall Sarinah
Kamu juga melirik searah
dan berkata..
Ya..aku belum bisa memberikan secangkir #kenangan
Karena waktu belum menjadi sahabat kita
Janji hanya perlu diucapkan
Tak perlu waktu lama
Tak seperti #kenangan
Perlu waktu lama agar bisa diendapkan
Kau bergegas menggenggamku di lengan
Menyeretku menelusuri trotoar angan-angan
Menuju stasiun Sudirman penuh harapan
Mobil melaju perlahan
Pada terik panas jam dua siang
Ketika tiba di Sudirman
Kau temani aku duduk di bangku depan
Gelas kopimu tetap kugenggam
Lantas musuh kita kembali menyerang
Waktu yang tak pernah dapat kita lawan
mencabik rasa bahagia dan kesenangan
meninggalkan genangan rindu tak tersembuhkan
Kau beringsut perlahan
Meninggalkan pesan
Jangan ada yang tertinggal dalam perjalanan
Kecuali hati dalam #kenangan
Kereta melaju kencang
Bayanganmu menghilang perlahan
Meninggalkan luka dan harapan
Pada sisa yang masih bisa kugenggam
dalam #janjijiwa dan #kenangan
Darimu seorang
Jangan percaya sama apa-apa yang aku tulis disini. Isinya campuran antara fakta, fiksi dan fitnah.. he..he..he.. Just for fun.. and just between me and my friends
Breaking News
Kamis, 20 Februari 2020
Senin, 20 Januari 2020
Candu
Kamu
adalah ruang dan waktu yang tak berbentuk
tak berbatas
tak berdimensi
tak berukuran
tak beraturan
dan itu membuat kita dapat mengembara
tak perlu arah
tak perlu dinding pembatas
seperti bentangan semesta
bergerak mengikuti kata hati
tak masalah jika kembali lagi
ke titik awal kita mulai tadi pagi
atau tersesat pada celah
yang kita juga tak pernah tahu kemana arahnya
adalah ruang dan waktu yang tak berbentuk
tak berbatas
tak berdimensi
tak berukuran
tak beraturan
dan itu membuat kita dapat mengembara
tak perlu arah
tak perlu dinding pembatas
seperti bentangan semesta
bergerak mengikuti kata hati
tak masalah jika kembali lagi
ke titik awal kita mulai tadi pagi
atau tersesat pada celah
yang kita juga tak pernah tahu kemana arahnya
Kamu
adalah kabut canda dan tawa tanpa akhir
dengan sekian irisan kemiripan yang tak pernah selesai
selalu ada temuan baru pada tiap butiran nan terserak
tanpa malu dan ragu-ragu
untuk segera merengkuh
bukan hanya irisanmu
tapi juga himpunan kenyamanan di luarnya
dan membentuk himpunan gabungan
membangun semesta
semesta kamu
semesta aku
Kamu
adalah candu dalam pikiranku
candu dalam relung jiwaku
candu dalam celah-celah hatiku
tak pernah cukup waktu untuk bersamamu
tak pernah cukup canda dan kata-katamu
Kamu
ya kamu
jangan palingkan wajahmu
karena aku hanya perlu senyummu
serta untaian kata-kata rindu
untuk menyadari bahwa
kamu sudah mengharu lebur
menjadi candu
Langganan:
Postingan (Atom)