Breaking News

Selasa, 30 Juni 2009

Sang Malaikat Penolong

Meski sering dirilis di beberapa acara TV, dibuat dalam bentuk reality show, untuk sekedar menjawab pertanyaan.. apakah masih ada orang baik di luar sana??? Orang yang mau menolong dengan ikhlas dan tanpa pamrih? Banyak orang yang akan menjawab "Jarang si..!", jarang bukan berarti nggak ada lo.., cuma ya itu.. susah nemuinnya. Tapi kalo pas ketemu.. wah ..wah.. rasanya ruarr biasa..!!
Peristiwa ini memang sudah lumayan lama, kira-kira hampir setahun yang lalu, hanya karena sibuk aku jadi nggak sempet menuliskannya.
Alkisah suatu hari aku berbelanja ke sebuah supermarket. Supermarket tsb terdiri dari dua lantai. Lantai dasar berupa barang-barang rumah tangga, lantai 2 berupa fashion. Mula-mula aku membeli beberapa barang di lantai 2 untuk my little girl. Setelah selesai, aku lanjutkan dengan berbelanja di lantai dasar untuk membeli beberapa keperluan sehari-hari. Supaya tidak repot, barang belanjaan dari lantai 2 aku titipkan ke tempat penitipan barang. 
Setelah beres berbelanja, membayar ke kasir dan menenteng kantong belanja.. segera aku cegat satu angkot yang kebetulan melintas. Aku duduk di belakang pak supir sambil menyapu pemandangan sekitar. Angkot berisi sekitar 4-5 ibu-ibu yang tampaknya berupa rombongan karena mereka asyik duduk berdiskusi di bangku agak pojok. Sambil membereskan belanjaan....eh.. tiba-tiba aku teringat bahwa kantong belanja yang berisi fashion belum aku ambil dari tempat penitipan barang. Ah.. mumpung belum jauh, segera aku hentikan pak Sopir angkot dan bergegas turun angkot. 
Sambil membawa keranjang belanja, aku bergegas kembali ke supermarket....eit.. tiba-tiba tanganku meraba saku celana dan merasakan bahwa.. kali ini.. dompetku yang nggak ada!! Pasti jatuh waktu aku turun angkot tadi!! Aduh.. gimana dong..!! Aku mulai panik dan berfikir sejenak. Merogoh HP dan mulai berfikir apa yang mau aku lakukan.. 
menelpon suami? trus apa yang akan dia lakukan? Menjemput aku sambil mengomeli keteledoran? 
Lantas terbayang juga berapa banyak kartu dan surat yang harus diurus jika dompet tsb hilang. Ada ATM, ada KTP, dan beberapa surat penting lainnya. Ada juga beberapa uang puluhan ribu kembalian dari belanja tadi. 
Jalan di depanku dalam kondisi padat merayap, maklum menjelang waktu jum'atan. Sambil berfikir aku setengah berlari berusaha mengingat ciri-ciri kendaraan yang aku naiki tadi. Bentuknya Kijang, di dalamnya berisi ibu-ibu, lainnya tidak bisa dibedakan, aku nggak inget tampang supirnya, apalagi nomor kendaraannya. Setelah berlari-lari tiba-tiba aku menyadari tidak mungkin mengejar mobil tsb dengan cara berlari. Apa naik angkot lain ya? Tapi.. darimana ongkosnya..? semua uangku ada di dompet tsb...!! Duh.. Ya Allah.. beri hambamu petunjuk dan jalan keluar...!!
Sambil berdoa, aku terus berfikir, memperhatikan semua jenis kendaraan yang lewat.. andaikata saja ada motor.. andaikata saja.. tapi motor siapa? 
Ah.. apa mungkin ada orang yang mau membantu jika dicegat motornya..? Aku ragu-ragu, semua orang yang menggunakan motor aku perhatikan wajahnya.. apakah ada yang bisa dicegat?? 
Hm.. ada ibu-ibu, tapi kalo tiba-tiba dicegat orang nggak dikenal, nanti dia malah lari ketakutan! Ada anak muda, ada juga orang bertampang kantoran, pokoknya bermacam-macam tampang berseliweran. Sambil bingung, aku terus berfikir siapa yang mau aku cegat. 
Tiba-tiba dari jauh aku melihat sebuah motor yang agak tua, dikendarai oleh seorang bapak yang (dari tampangnya) terlihat seperti tampang yang "keras" dan kurang ramah. Kulitnya legam terbakar matahari, tatapan matanya juga keras, dia menggunakan jaket kulit, perawakannya sedang dan agak kurus. Sepertinya bapak ini mirip dengan tampang tukang ojek yang suka nongkrong di gang depan rumah. Meski ragu-ragu, akhirnya tanpa berfikir panjang aku mencegat bapak ini. Pikirku, tidak ada ruginya lah.. mau dimarahin juga nggak bakalan malu-maluin, lha wong aku nggak kenal dia koq!!
"Stop pak... !! Stop!!", aku mengibarkan tanganku ketika motornya mulai mendekat. Deg-degan aku menunggu apa dia mau berhenti. 
Eeeh.. Alhamdulillah!! Dia berhenti, tapi pasti bingung berat.. ngapain lagi gue dicegat ibu-ibu yach?? Sebelum bingung, segera aku berlari menghampiri dan menjelaskan singkat.
"Pak, tolong pak, dompet saya ketinggalan di angkot itu tuh.., barangkali bapak bisa mbantu ngejar angkot tsb?, soalnya kalo lari-lari nggak bakal terkejar, naek angkot juga enggak pak! Lagi macet".
Eeh..eh.. tanpa diduga, si bapak langsung ngangguk dan mempersilahkan aku naek ke motornya. Segera dia pacu mencari angkot yang kutunjuk. Sepanjang jalan aku ngomong terus..
"Kalo misalnya nggak terkejar juga nggak apa-apa pak..", karena aku khawatir dia mulai ngebut dan meliuk-liuk di jalur macet tersebut.
Sampai di lampu merah, banyak angkot sejenis berderet-deret. Mataku menelusuri satu persatu, dan si bapak juga bertanya, adakah angkot yang kumaksud disitu. Ternyata nggak ada angkot yang diisi oleh ibu-ibu seperti yang aku naiki tadi.
"Kayaknya nggak ada pak, mungkin sudah lewat lampu merah, ya .. kita coba aja lagi ke sebelah sana dikit", aku setengah membujuk, soalnya bingung juga kalo sampe nggak nemu angkot tersebut dan aku juga penasaran. Si bapak melanjutkan ngebut lagi begitu lampu menjadi hijau. Eh.. di jalan berikutnya, ada beberapa jejer angkot sejenis, kemudian aku mengira angkot yang berikutnya adalah angkot yang tadi aku naiki, karena kelihatan ada segerombolan ibu-ibu di dalamnya.
"Pak, kayaknya angkotnya yang itu pak!"
"Iya neng, kita kejar aja!"
Eit.. eit.. akhirnya sampelah aku di samping jendela sopir angkot tersebut, yang kebetulan sedang berhenti menunggu penumpang.
"Pak sopir, maaf.. mau tanya, tadi saya naek angkot ini, trus dompet saya jatuh, barangkali nemu?"
Belum selesai aku bertanya, sopir dan ibu-ibu yang duduk di belakang langsung menjawab spontan dan serentak. Mereka berebut memberikan keterangan.
"Iya bu.. betul, tapi tadi saya nggak tau kalo dompet ibu jatuh", kata si sopir.
"Iya bu, ketauannya pas di lampu merah tadi, ada pengamen yang ngambil, tuh yang di perempatan", sambut ibu-ibu yang duduk di belakang.
"Cari aja neng, barangkali masih ada, yang ngambilnya pengamen yang kurus pake anting-anting"
"Iya neng, bilang aja, kita-kita liat pas dia ambil dan kita-kita udah mau lapor polisi nih kalo nggak dia balikin", tambah pak sopir.
Meskipun informasinya minimalis, tapi kayaknya cuma itu yang bisa aku dapat. Setelah menghaturkan tengkyu, aku segera menghampiri bapak ojekku tadi.
"Pak, katanya diambil pengamen di perempatan tadi"
"Ayo, neng, kita balik lagi"
Langsung tanpa pikir panjang aku nangkring lagi di boncengan bapak tadi dan kembali ke perempatan. Sampe di perempatan aku segera turun. Si bapak menunggu di salah satu pojokan dan aku menghampiri beberapa pengamen di perempatan tersebut.
"Pak, liat pengamen kurus yang pake anting2? Tadi dia ngambil dompet yang jatuh di angkot?", aku tanya salah satu pengamen, yang keliatannya sudah cukup berumur.
"Nggak neng!! Kapan??"
"Ih... barusan aja.. tuh kata sopir angkot yang di sana tadi!!"
"Oh. dulu ada sih.. tapi nggak tau sekarang!", si bapak pengamen keliatannya tidak terbuka memberikan informasi.
"ah.. bukannya dulu pak.. barusan aja koq??"
"Nggak ada neng.. nggak ada pengamen yang kurus pake anting2 disini!"
Aku bingung, melihat satu persatu wajah pengamen yang berseliweran sambil mikir, ke siapa lagi harus bertanya. Tiba-tiba bapak ojek motor yang aku tumpangin berteriak di seberang..
"Ibu.. ibu.. ini nih..!!", dia menunjuk segerombolan anak muda pengamen yang sedang berkerumun di bawah pohon di seberang perempatan. Segera aku lari dan menemui gerombolan tersebut. Memang keliatan salah satunya beranting-anting, tapi semuanya kurus-kurus.. Hm.. yang mana ya?
"Permisi kang, barangkali tau ada yang nemu dompet nggak tadi? Barusan dompet saya jatuh di angkot, kata sopir angkot ditemuin sama pengamen".
"Oh.. ada bu ada..!!"
Aih.. Alhamdulillah..!! Salah satu dari mereka segera memanggil temannya yang lain.
"Ada bu.. tuh di sebelah sana"
Aku mengikuti arah tunjukan jari tangannya dan menghampiri sekelompok lain yang sedang berteduh di semacam gardu telpon umum. 
Yang menunjuk juga berteriak ke temannya, menjelaskan bahwa aku mencari dompet yang hilang. Temannya yang ditunjuk menghampiri dan mengajak aku ke balik gardu telpon umum. Meski deg-degan, tapi aku ikuti juga. Dia merogoh di salah satu celah di balik gardu telpon umum dan mengambil benda yang dimaksud. Betull.. betul sekali, itu dompetku. Warna hitam dengan embossed Snoopy di sekelilingnya.
"Yang ini bukan bu?"
"eh iya.. bener bangetss", segera aku mengambil dompet tersebut dan memeriksa isinya. Rupanya mereka tau maksudku dan buru-buru menambahkan.
"Tapi nggak ada uangnya bu.. , waktu nemu tadi juga nggak ada uangnya!!". 
Oooh ya udah.. maklum aja lah..! Tapi aku periksa, semua surat-surat lengkap, hanya semuanya sudah dikelompokkan menjadi satu. Seolah-olah dompet tersebut sudah digeledah semua slotnya dan semua kertas-kertas tersebut dikumpulkan di satu slot.
"ada sih, tapi nggak banyak, tapi ya udah lah.. kalo nggak ada juga nggak apa-apa!", akhirnya aku mencoba maklum. Aku lega dompetnya kembali, lebih lega lagi, ternyata surat-suratnya tidak ada yang hilang, meskipun tidak ada uang yang tersisa, tetapi kartu ATM masih lengkap.
Segera aku mengucapkan terima kasih, dan berlari ke bapak pengantarku.
"Ada pak.. ada.. Alhamdulillah, tapi nggak ada uangnya.. gimana ya??", aku seneng campur bingung.
"Ya udah neng, biar dianter sama bapak, neng sekarang mau ke mana?", Duh.. aku si mau aja, tapi koq bapak ini baek bangets ya... Setelah berfikir akhirnya aku menyebut tujuan, ke atm terdekat aja deh !!
Segera si bapak memacu motornya kembali. Sepanjang jalan si bapak bertanya, aku tinggal dimana. Kalo perlu dia akan antar aku sampe ke rumah. Tapi aku merasa sudah lebih dari cukup si bapak ini mau nganterin aku ke mesin ATM.
Sampe di mesin ATM, segera aku ambil dana secukupnya, dan segera memberikan ke bapak tersebut beberapa puluh ribu, sebagai ucapan terima kasih. 
Setelah aku pikir-pikir, sebetulnya bantuan dia tak ternilai, tak sebanding dengan puluhan ribu yang aku berikan. Maka, aku merasa perlu menambahnya dengan memberikan sebagian belanjaanku, keperluan dapur, kepada bapak tersebut. Transaksi berlangsung cepat karena waktu shalat Jumat semakin dekat. Aku mengucapkan terima kasih berulang-ulang dan benar-benar tulus dari dalam hati. Si bapak mula-mula menolak pemberianku, tapi aku menambahkan "Buat oleh-oleh yang di rumah pak!!", akhirnya dia menerima dengan mengucapkan terima kasih juga. 
Sebelum pamit, si bapak berkali-kali bertanya, barangkali aku perlu di antar ke satu tempat. Tapi aku menyatakan tidak perlu, karena dompetku sudah kembali dan aku sudah bisa naik angkot. Kemudian bapak tersebut pergi dengan motornya. Saking bengongnya, kami bahkan tidak sempat saling bertanya nama, tempat tinggal, apalagi bertukar alamat.
Sampe sekarang, aku pikir, bapak ini seperti malaikat penolong yang tiba-tiba dikirim Allah SWT kepadaku untuk menolongku dari kesulitan mendadak siang itu. Ternyata.. di jaman serba hedonis ini, masih banyak orang baik di luar sana!! Siapapun bapak tersebut, aku tetap akan mengenangnya sebagai salah satu orang baik dan tulus, dan mudah-mudahan Allah SWT membalas kebaikannya dengan berlipat ganda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar